Rabu, 24 Desember 2014

Quote of the Month: Desember 2014

KICK!
Kalau tidak sekarang, kapan?

Ahmad Nabil Faqih: Jika Elemen TI Bersatu, Akan Ada Atlet Nasional Naik Podium Olimpiade


Agaknya tidak terlalu berlebihan apabila pernyataan di atas diketengahkan sebagai judul tulisan ini. Menjadi sesuatu yang terkesan utopis seandainya mimpi untuk merengkuh titel Olimpiade itu, tidak dibarengi dengan upaya dan kerja keras yang nyata dari semua pihak. Optimisme atlet senior yang telah memberikan banyak kontribusinya bagi prestasi taekwondo Indonesia ini begitu tinggi, mengingat pembinaan atlet-atlet nasional yang selama ini berjalan sebenarnya telah memiliki arah untuk mewujudkan impian tersebut. Ditambah lagi menurutnya concern dan perhatian para stakeholders sangat tinggi bagi upaya mewujudkan harapan tersebut. Tinggal persoalannya ada pada sinergi antar pihak dalam mewujudkan cita-cita dan harapan itu.

Hal ini diakui oleh atlet nasional Ahmad Nabil, ketika dikonfirmasi mengenai perkembangan pembinaan taekwondo Tanah Air. Menurutnya, peluang Indonesia untuk menempatkan wakilnya di podium Olimpiade terbuka cukup lebar. “Saya sangat yakin akan ada atlet taekwondo kita yang naik podium Olympic. Syaratnya semua pihak harus bersatu untuk memajukan taekwondo Indonesia menjadi lebih hebat lagi,” ujarnya. Atlet andalan Indonesia ini mengingatkan bahwa persatuan adalah harga yang harus dibayar untuk mewujudkan prestasi bertaraf dunia.

Selain itu, imbuhnya, program pembinaan atlet nasional yang selama ini telah berjalan agar terus dijaga kualitasnya. Sebagai salah satu atlet senior, ia turut memberikan catatan tentang pembinaan jangka panjang yang terus digalakkan Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) melalui program Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas).

“Pelatnas yang tengah berjalan saya rasa sudah sangat baik, hanya saja problem gonta-ganti pelatih mungkin bisa lebih diminimalisir. Pelatih baru, artinya program baru dan kebiasaan baru. Atlet lagi-lagi harus menyesuaikan dengan style yang terus berubah-ubah,” tukasnya.

Baginya, konsistensi menjalankan program adalah unsur terpenting dalam sebuah pembinaan olahraga. Namun menyadari begitu kompleksnya manajemen sebuah cabang olahraga, pihaknya mendukung apapun upaya yang ditempuh dalam rangka pembenahan kualitas pembinaan atlet. Ia menyadari bahwa program prestasi taekwondo Indonesia tidak bisa serta merta dilakukan secara instan, semua butuh proses, dan semua pihak juga harus bersabar. Semua faktor terlibat. Dari atlet itu sendiri, pelatih, manajemen di pelatnas, pengurus di daerah, PBTI, hingga peran pemerintah. Faktor-faktor itu yang ia maksud bahwa upaya menuju prestasi taekwondo Indonesia sangat kompleks dan membutuhkan fokus kerja keras dan kinerja yang baik.

Menjadi Juara Sejati

Pemilik nama lengkap Ahmad Nabil Faqih ini tak ketinggalan menularkan semangat bagi atlet muda yang tengah merintis karir profesionalnya di dunia olahraga. “Untuk menjadi juara itu mudah dan simpel, hanya giat berlatih dan berdoa. Namun untuk menjadi seorang juara sejati sangat sulit, dibutuhkan disiplin dan konsistensi yang sungguh-sungguh agar bisa terus berprestasi,”

“ Jangan juga berdoa supaya jago, karena jutaan atlet banyak yang jago, berdoalah agar anda menjadi atlet yang bertalenta penuh karakter dan etika. Niscaya dengan begitu perjalanan karirnya akan bertahan lama”. Imbuhnya

Pernyataan tersebut tidak berlebihan, mengingat perjuangan menuju pentas Olimpiade tidaklah mudah. Apalagi prestasi taekwondoin nasional di beberapa kompetisi multi even masih mengalami pasang surut. Tanpa diimbangi mentalitas yang kuat, niscaya prestasi taekwondo Indonesia tidak akan berkembang. Tidak tertutup kemungkinan berbagai pihak akan saling lempar tanggung jawab, baik itu manajemen, pelatih, atlet hingga pecinta taekwondo Tanah Air yang begitu merindukan ‘Indonesia Raya’ berkumandang di pentas dunia.

Juara sejati bagi atlet kelahiran 11 Januari 1988 silam ini, berarti pembelajaran terus-menerus. “Kalah menang itu tidaklah penting, yang terpenting adalah performance di setiap pertarungan dapat terus lebih baik dari waktu ke waktu,” tukasnya. Dengan sikap semacam ini, sekalipun tim nasional kita menuai kekalahan di berbagai ajang, tak akan menyurutkan motivasi untuk mencapai target-target berikutnya.

Prinsip ini ternyata benar-benar ditunjukkan oleh lajang bertinggi badan 173 cm ini. Nabil tak segan menceritakan perjalanannya ketika mengundurkan diri dari Pelatnas karena performanya dinilai telah menurun.

“Manajemen Pelatnas menilai performa saya turun berdasarkan hasil try out di Tiongkok. Akhirnya saya tidak direkomendasikan untuk ikut Asian Games. Karena saya juga ingin melanjutkan studi S1 yang sempat tertunda, saya putuskan untuk mundur saja dari Pelatnas pertengahan tahun ini,” ujarnya. Tidak banyak atlet yang mau menerima koreksi dan mengakui bahwa performanya tidak dalam kemampuan terbaik. Ia memilih untuk menerima kekurangan dan berupaya meningkatkan kualitas bertandingnya, sekalipun saat ini tidak lagi bergabung dalam skuat Pelatnas.

Disinggung mengenai perkembangan talenta-talenta muda, dirinya menyangkal apabila regenerasi atlet-atlet daerah dinilai berjalan lambat. Menurutnya, gencarnya prestasi atlet-atlet jebolan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) menunjukkan bahwa geliat pembinaan bibit-bibit muda berjalan cukup intensif. “Tidak bisa dibilang lambat. Melihat berkembangnya banyak PPLP di berbagai daerah menunjukkan sudah ada pembibitan dari usia dini,” ucapnya penuh optimisme.

Hidup harus terus berjalan, begitupun dengan pembinaan taekwondo di Tanah Air. Nabil meyakini prestasi taekwondo nasional masih akan bersinar di masa yang akan datang. Kecintaannya terhadap olahraga yang turut melambungkan namanya, mendorong pria yang sebentar lagi akan melepas status lajangnya dengan Dewi Puspitasari mantan atlet pelatnas asal Jateng yang juga finalis Miss Indonesia 2014 ini, untuk terus menggeluti dunia taekwondo. Tidak bisa membela tim nasional, ia akan memfokuskan diri berlatih mewakili daerah di ajang-ajang prestisius dalam negeri, termasuk Pekan Olahraga Nasional 2016 mendatang. Jika pensiun pun, ia akan mendedikasikan dirinya membina bibit-bibit muda taekwondo nasional dengan membuka dojang.

“Harapan saya semua pihak nantinya dapat bersinergi, sama-sama bersatu agar taekwondo Indonesia bisa lebih berprestasi lagi. Prestasi dunia yang diimpikan setiap atlet yaitu podium Olimpiade,” ia juga berpesan kepada para taekwondoin yang saat ini tengah berjibaku mengejar prestasi yang terbaik, “tutupnya penuh harap. (vip/adt)


Sumber: http://taekwondoindonesianews.wordpress.com/2014/11/12/ahmad-nabil-faqih-jika-elemen-ti-bersatu-akan-ada-atlet-nasional-naik-podium-olimpiade/#more-432

Selasa, 18 November 2014

Foto Bulan Ini





Kamis, 13 November 2014

Mutiara Habiba, Mutiara Itu Terpoles dengan Baik di Pelatnas

Sumber: http://taekwondoindonesianews.wordpress.com


Ibarat Mutiara yang terpendam, siapa nyana, bocah kecil yang dulu cengeng sekarang telah menjelma menjadi taekwondoin nasional yang berprestasi. Prestasinya mulai melejit di arena 2nd Asian Junior Taekwondo Poomsae Championship, Jakarta 2013. Di kejuaraan bergengsi ini ia meraih perunggu di kelas berpasangan.

Setelah kejuaraan itu, prestasinya terus melaju mewarnai beberapa kejuaraan poomsae bergengsi. Pada Islamic Solidarity Games, Palembang 2013, ia menyabet posisi ke tiga untuk kelas beregu putri. Di 8th World Taekwondo Poomsae Championship, Bali 2013 – ia menyodok posisi kedua di podium untuk kelas beregu putri.

Habiba, demikian panggilan akrabnya, pun tak menyangka dirinya akan moncer berprestasi di laga poomsae taekwondo. “Awalnya dulu ikut les gambar. Tapi karena aku cengeng, aku disuruh buat ikut latihan bela diri saja. Kebetulan di dekat rumah ada club taekwondo dan langsung didaftarkan oleh orangtuaku,” katanya.

Awalnya, oleh pelatihnya ia dipilih untuk mendalami cabang kyorugi, mengingat postur tubuhnya yang tinggi. Namun, sesudah beberapa kali turun berlaga di beragam kejuaraan, bintangnya belum bersinar. Sampai-sampai Habiba agak kehilangan semangat dan enggan untuk bertanding.

“Karena aku orangnya tinggi dan kurus, kata pelatih aku itu cocok jadi atlet. Lalu aku disuruh ikut pemusatan atlet untuk kyourugi. Tapi setelah ikut beberapa pertandingan kyourugi, aku gak pernah menang. Sejak itu aku males ikut pertandingan lagi. Lagipula saat itu aku sudah kelas 6, Sekolah Dasar (SD) , mulai fokus ujian,” ujar penyuka ikan ini.

Usai lulus SD, pelatihnya menawarinya untuk mendalami poomsae dan menerjunkannya di sebuah kejuaraan poomsae di Semarang, sang mutiara mulai terasah dan bersinar terang. Pada debutnya ini ia menyabet juara tiga.

“Setelah lulus SD, pelatih nawarin aku buat ikut kejuaraan poomsae. Dulu tuh poomsae peminatnya masih sedikit banget. Makanya aku bisa langsung dapat perunggu di tingkat kota Semarang. Semenjak itu, aku mulai fokus buat jadi atlet poomsae. Banyak pengalaman yang gak bisa didapetkan anak anak yang cuma asal ikutan aja. Bisa maju di podium tuh rasanya seneng banget. Apalagi karena piagam yang aku dapat, aku bisa masuk ke salah satu SMA favorit di Semarang. Di kejuaraan POPDA Jawa Tengah tahun 2011, aku main beregu putri dan bisa dapat emas,” ujar Habiba dengan semangat.

Kiprah mahasiswi Universitas Semarang di dunia taekwondo pun semakin menggeliat. Setelah sempat tidak lolos pada seleksi tim inti PORPROV Semarang 2013, Habiba malah lolos dalam seleksi bergabung di Pelatnas 2013. Meskipun demikian ia tetap rendah hati menyikapi prestasinya tersebut.

“Alhamdulillah, aku bersyukur banget bisa terpilih di seleksi Pelatnas yang kedua itu. Menurutku itu karena faktor keberuntungan saja. Aku kan tidak lebih bagus dari yang lain. Tapi mungkin aku terpilih karena postur tubuhku yang tinggi,” tukas gadis yang mengidolakan taekwodoin asal Filipina Mikaela Calamba ini.

Di kawah Chandradimuka PBTI inilah mutiara terpendam ini dipoles sehingga mulai berkilau. Habiba bertekad untuk berlatih secara maksimal. Amanah yang diembannya itu tidak ingin ia sia-siakan.

Nuansa persaingan yang ketat dan pola latihan yang terstruktur dengan baik sangat mendorong perubahan dirinya. Habiba mengakui awalnya cukup nervous menghadapi perubahan drastis ketika masuk pelatnas. Apalagi ia digadang-gadang untuk maju ke kejuaraan Asia Junior.

“Tahun 2013, kita atlet pelatnas sudah mulai padat schedule kejuaraan. Pertama, kejuaraan Asia Junior di Jakarta. Itu adalah kejuaraan internasionalku yang pertama kali. Aku main di kelas beregu putri dan beregu freestyle. Di situ aku bener-bener ngerasain banget nervous yang luar biasa, karna aku tuh tipe orang yang demam panggung,” ungkapnya.

Ia mengakui dukungan rekan dan kebersamaan sesama atlet Pelatnas sangat membantunya untuk bisa segera beradaptasi dan mempunyai motivasi tinggi. Habiba tak menyangka akan bisa bertahan lama di pelatnas. Karena persaingan dan seleksinya sangat ketat.

“Selama di Pelatnas, aku termotivasi banget sama teman aku yang namanya Defia asal Bogor. Dia lebih senior, tapi umur kita tidak jauh beda. Menurutku dia itu atlet poomsae berbakat, tendangannya juga tinggi sekali. Apalagi ia tergolong pekerja keras. Jadi aku gak mau kalah sama dia. Walaupun kita teman dekat. Kita tetap bersaing, tetapi bersaing secara sehat. Dengan saling mendukung satu sama lain,” terang putri dari Supangkat Sudiasmara ini

Ingin memberikan prestasi terbaik bagi bangsa dan jadi kebanggaan orangtua adalah motivasi yang selalu mendorongnya untuk berlatih dan bertanding secara maksimal.

“Aku gak ingin menyia-nyiakan waktu selama di Pelatnas dan selalu ingin bisa lebih bagus dari yang lain. Lagipula kesempatan buat jadi atlet Pelatnas itu tidak semua orang bisa. Banyak banget yang masuk ke situ. Jadi aku selalu bertekad untuk jadi yang terbaik ketika di atas matras saat berlatih maupun bertanding. Dulu cuma bisa jadi penonton SEA GAMES ke 26 lalu di Jakarta dan terkagum-kagum dengan mbak Lessitra Draningrati, atlet poomsae putri terbaik Indonesia saat itu. Sekarang, aku sudah bisa merasakan menjadi atlet kebanggaan Indonesia, dan mengikuti ajang bergengsi SEA GAMES 2013 di Myanmar,” pungkasnya sambil menerawang.

Kamis, 30 Oktober 2014

Jakarta Taekwondo Festival

JAKARTA TAEKWONDO FESTIVAL

Proposal Kejuaraan Jakarta Taekwondo Festival (JTF) 14 - 16 November 2014 dapat diunduh di sini/ klik gambar.

Rabu, 22 Oktober 2014

Aku Tidak Menyerah!

Aku Tidak Menyerah!
Sumber: http://andriewongso.com/articles

Kita lahir, hidup, dewasa, hingga mati adalah proses alami kehidupan yang tak ada satu pun makhluk yang tak mengalami. Dalam proses itulah, kita menjadi apa adanya hari ini. Sayang,  banyak orang yang kadang malah kurang menikmati atau kurang sabar akan adanya proses. Bisa jadi, semua itu dipengaruhi oleh lingkungan yang makin hari makin serba instan—padahal, untuk jadi “instan” pun sebenarnya semua butuh proses.

Sbm teringat sebuah kisah tentang proses yang luar biasa. Begini ceritanya:

Ada seorang pria bernama Takezo. Ia adalah seorang pria yang putus asa dan mau meninggalkan semuanya, baik pekerjaan, hubungan sosial, dan bahkan hendak bunuh diri karena merasa sudah tak punya arti dalam kehidupannya. Sebelum melakukan itu semua, ia menyempatkan pergi ke hutan untuk berbicara yang terakhir kalinya dengan seorang bijak bernama Takuan. Ia bertanya, “Apakah Takuan bisa memberi aku satu alasan yang baik untuk jangan berhenti hidup dan menyerah?”

Mendengar pertanyaan itu, Takuan dengan kebijakannya menjawab, “Coba lihat sekitarmu Takezo. Apakah kau melihat pohon pakis dan bambu itu?”
“Ya aku lihat itu,” jawab Takezo.
“Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, alam merawat keduanya secara sangat baik. Alam memberi keduanya cahaya, dan memberi air. Pakis tumbuh sangat cepat di bumi, daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Tapi ketahuilah, sementara pakis tumbuh sangat subur, benih bambu tidak menghasilkan apa pun. Tapi, bambu berkata, ‘Aku tidak menyerah’,” sebut Takuan menyampaikan filosofinya.

“Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi kembali bambu berkata, ‘Aku tidak menyerah’. Di tahun ketiga, bambu belum juga memunculkan sesuatu. Lagi-lagi bambu berkata, ‘Aku tidak menyerah’. Seterusnya di tahun keempat, masih juga belum ada apa pun dari benih bambu. Ia tetap berkata, ‘Aku tidak menyerah’. Kemudian, pada tahun kelima, muncul tunas kecil. Jika dibandingkan dengan pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna,” jelas Takuan pada Takezo. “Tapi, lihatlah enam bulan kemudian. Bambu tumbuh menjulang sampai 100 kaki!”

“Begitulah, untuk menumbuhkan akar bambu perlu waktu lima tahun. Akar tersebut membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu agar mampu bertahan hidup,” terang Takuan. “Ingat, Sang Pencipta tak akan memberi cobaan yang tak sanggup diatasi ciptaan-Nya.”

Takezo pun termenung mendengar semua ucapan Takuan yang kemudian melanjutkan nasihatnya, “Tahukah kau, Takezo… Di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini, kau sebenarnya sedang menumbuhkan akar-akar yang kuat? Sebagaimana alam tidak meninggalkan bambu, Sang Pencipta juga tidak meninggalkan kamu. Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya tetap punya manfaat membuat hutan menjadi indah.”

“Nah Takezo, waktu kamu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi. Asal tetap mengandalkan Sang Pencipta dalam setiap rencana dan jalan hidupmu.”

===

Cerita tersebut merupakan sepenggal percakapan Takezo sebelum menjadi Miyamoto Musashi, pendekar Samurai yang sangat terkenal, yang Sbm ceritakan ulang dalam tulisan ini. Kisah tersebut menggambarkan terjadinya proses yang alami, lambat, namun justru di sanalah mengakar kekuatan yang sebenarnya dari batang-batang bambu.

Itulah penggambaran adanya proses kehidupan yang masing-masing makhluk punya jalan dan kisahnya sendiri-sendiri. Maka, ketika rasa pahit dan getir yang kita terima saat ini, jangan pernah putus asa. Sebab, saat itulah kita sedang berproses untuk mengakar kuat dan saatnya nanti menjelma menjadi “batang bambu” yang menjulang ke angkasa. Dan, dengan akar yang kuat itulah kita akan jauh lebih tegar dan kuat saat kembali dihempas angin.

Mari, kita lihat kembali berbagai proses yang kita alami dalam kehidupan. Nikmati, resapi, hayati, nilai-nilai apa yang bisa menjadi pegangan bagi kita untuk berbuat lebih baik dan lebih baik lagi. Jika itu terus kita lakukan, niscaya hasil apa pun yang kita terima, sebenarnya kita telah jadi pemenang sejati kehidupan.

Selasa, 14 Oktober 2014

Quote


"Kau hanya akan bisa bertarung sama seperti bagaimana kau berlatih. Tak lebih."

*Miyamoto Musashi*

Foto Bulan Ini





Jumat, 01 Agustus 2014

Selamat Idul Fitri 1435 H

Idul Fitri, ibarat podium kemenangan dalam sebuah kejuaraan.
Hanya para Pemenang dan Juara yang berhak menapakinya dengan Kebanggaan dan dikalungi medali Taqwa.

MKTC mengucapkan:
Taqobalallahu Minna wa Minkum. Shiyamana wa Shiyamakum.
Minal Aidzin wal Faidzin. Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Selamat Idul Fitri 1435 H.

Kata Mutiara

Dalam kemenangan, rendah hatilah
Dalam kekalahan, tabahlah
Dalam setiap hal, tawadulah

Foto Bulan Ini

FOTO BULAN INI





Jumat, 25 Juli 2014

Psikologi Taekwondo

Taekwondo untuk Sukses di Sekolah dan dalam Kehidupan Anak


Apakah anda sedang mencari kegiatan olahraga bagi putra/ putri anda di mana pembentukan kepribadian anak menjadi bagian dari pelajarannya?
Apakah masalah disiplin, perilaku atau mungkin juga konsentrasi merupakan salah satu masalah anak anda? Anak dengan masalah ADD/ ADHD?
Apakah dia memerlukan tambahan kegiatan fisik untuk energinya yang besar?
Apakah putra-putri anda kurang menyukai olahraga lain atau bahkan mendapat nilai yang kurang dalam pelajaran olahraga di sekolah?
Apakah anda sedang mencari seorang Pelatih "Plus"yang tidak hanya bisa mengajarkan suatu keterampilan tapi  juga  mampu membentuk kepribadian anak? Atau anda mungkin tidak setuju dengan cara-cara mendidik Pelatih anak anda yang sekarang? Mungkin anda juga merasa membayar terlalu mahal untuk menjadi member suatu program pelatihan anak?
Apakah anak anda menjadi korban bully atau preman kecil di sekolah?  atau justru anak andalah si preman kecil itu?

Akhiri pencarian anda sekarang juga..Mengapa anak perlu belajar Taekwondo?

Tahukah anda bahwa hanya 2 dari 10 orangtua yang lebih dulu melihat latihan dan berbicara dengan pelatih sebelum memutuskan untuk mendaftarkan anaknya ikut kegiatan beladiri? Tahukah anda bahwa kesuksesan seseorang 80% datang dari Character Building (EQ) dan hanya 20% dari academic building? Tahukah anda bahwa melatih anak berbeda dengan melatih orang dewasa? Bagaimana pelatih membentuk anak menjadi disiplin? Bagaimana pelatih mengelola persaingan antar siswa dan persaingan antar orangtua siswa? Bagaimana dengan siswa yang kurang menyukai kompetisi? Menjawab berbagai tantangan ini kami melengkapi pelatih kami dengan pelatihan yang dilakukan dengan bekerjasama dengan  pakar bidang pendidikan, olahraga dan psikologi.

Putra/putri anda membutuhkan keterampilan dasar untuk hidup. Seperti kertas putih, apapun yang ditulis akan tumbuh sebagai sikap, karakter dan kebiasaan anak. Karenanya diperlukan pelatih yang tidak hanya bisa melatih namun juga berperan sebagai pendidik. Pelatih yang anda butuhkan adalah pelatih yang dipersiapkan khusus, bukan "pelatih sambilan".

Disetiap kelas kami siap dengan program yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Program ini terus menerus diperbaharui antara lain dengan menerima masukan dari orangtua siswa serta konsultasi dengan praktisi dan pakar.

Metode melatih kami  dimulai dengan menerima anak sebagai satu individu yang unik. Karenanya- saat latihan - sesama siswa tidak perlu dibandingkan kemampuannya satu sama lain. Kemudian, menggali potensi positif dalam diri si-anak, termasuk menghargai setiap usaha anak dengan "perayaan kecil"  yang  kami percaya akan menumbuhkan kepercayaan diri anak..
Keteladanan adalah inspirasi terbaik dalam pembentukkan disiplin. Tidak ada hukuman fisik, labeling dan makian saat latihan. Sebaliknya, untuk setiap tindakan yang belum baik selalu ada konsekuensinya.
Dengan motivasi yang benar, selangkah demi selangkah akan tumbuh kepercayaan diri anak. Dengan kepercayaan diri dan kebiasaan berolahraga, seorang anak akan memiliki modal - tidak hanya untuk berprestasi dalam olahraga  - namun juga untuk sukses dalam kehidupan mereka di masa depan.

Sumber: http://www.matra-taekwondo.org/indonesia1.html

Senin, 07 Juli 2014

Kata Mutiara

"Ksatria yang baik bukan menjadi tegang, melainkan (menjadi) siap. Tanpa berpikir, tidak juga bermimpi. Siap, untuk apapun yang akan menghampiri."
*Bruce Lee*

Jawa Barat Juara Umum Kejurnas Taekwondo

Bandung: Tim taekwondo Jawa Barat sukses menuntaskan ambisi meraih gelar juara umum pada Kejuaraan Nasional Taekwondo yang dihelat di Gelanggang Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jawa Barat.

Pada penyelenggaran hari terakhir Kejurnas Taekwondo yang berlangsung pada Minggu (4/5) yang mempertandingkan 6 nomor kyorugi (tarung), tim Jabar sukses merebut 3 medali emas. 1 perak, dan 1 perunggu.

Hasil itu mengokohkan posisi Jabar di puncak klasemen sekaligus menyabet gelar juara umum dengan raihan total 15 emas, 11 perak, dan 5 medali perunggu dari empat hari penyelenggaraan Kejurnas Taekwondo.

"Kami tentu gembira menjadi juara umum karena anak-anak sudah bekerja keras dan latihan pun sudah sejak 6 bulan yang lalu untuk mempersiapkan kejurnas kali ini," kata ketua pengurus provinsi Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Jawa Barat Beni R Gautama.

Kejurnas kali ini juga menunjukkan taekwondoin pemusatan latihan nasional (pelatnas) mampu menunjukkan hasil latihan mereka dengan baik.

Beberapa taekwondoin pelatnas seperti Ahmad Nabil dan Agniny Haque sukses merebut medali emas dengan kemenangan telak.

Sumber: http://www.pbti.or.id/berita-176-jawa-barat-juara-umum-kejurnas-taekwondo.html

Rabu, 25 Juni 2014

Wah! Miss USA 2014 Jago Taekwondo

Sumber: http://showbiz.metrotvnews.com/read/2014/06/09/250616/wah-miss-usa-2014-jago-taekwondo

Metrotvnews.com, Los Angeles: Cantik, seksi, bertalenta. Itulah Nia Sanchez sang Miss USA 2014. Siapa kira, dia juga menyandang sabuk hitam ilmu beladiri taekwondo.

Usai acara penobatan, di hadapan wartawan, Nia mengungkapkan semasa kecil dirinya bersama sang ibu pernah tinggal sementara waktu di tempat penampungan perempuan. Pada usia delapan tahun dia belajar ilmu beladiri taekwondo untuk mempertahankan diri dari serangan, sekaligus membangun kepercayaan diri.

Ketika beranjak dewasa, Nia menjadi relawan di tempat penampungan perempuan dan  mengajarkan warga bagaimana cara mempertahankan diri dan membekali anak-anak pengetahuan tentang 'bahaya orang asing'.

Seperti dilansir EOnline, Senin (9/6/2014), Nia menyatakan, "Saya berhubungan dengan mereka lebih dekat secara personal, karena saya sendiri pernah berada di sana". Ke depan nanti, Nia berencana mengembangkan pengetahuan bela diri kepada peserta Miss USA.

Perempuan kelahiran Las Vegas, Nevada, ini mengalahkan 50 kontestan lain yang berasal dari seluruh negara bagian Amerika dan District of Columbia pada Minggu, 8 Juni 2014, malam waktu setempat. Selanjutnya, Nia akan berangkat mewakili Amerika pada ajang bergengsi Miss Universe tahun ini.
(Ros)

Rabu, 18 Juni 2014

Kata Mutiara

Tak ada kata terlambat untuk menjadi apa yang kau inginkan
(jika kau memulainya SEKARANG dan tidak menunda-nunda)

Foto Bulan Ini









Libatkan Wartawan, Ditulis Lima Tahun

Alex Harijanto, Ikon Taekwondo Indonesia Asal Semarang Luncurkan Buku
Grand Master Taekwondo Indonesia, Alex Harijanto (DAN VII Kukkiwon), meluncurkan buku berjudul ’Tak Kaya Harta, Namun Berjiwa’. Melalui buku itu, Alex ingin menularkan motivasi pada para taekwondoin muda Indonesia untuk meraih suatu prestasi.

BASKORO SEPTIADI

DITEMUI di sebuah warung kopi di Semarang, Alex Harijanto tidak tampak seperti seorang yang ditokohkan. Penampilannya sederhana, sesuai dengan kalimat pertama judul bukunya, tak kaya harta. Pria pemilik nama lengkap Mok Ghay Liong ini juga masih tampil dengan ciri khasnya, yakni rambut panjang yang diikat. Namun di kalangan para atlet taekwondo, pria kelahiran Semarang 13 Februari 1951 ini sangat disegani. Master Alex, begitu para pelatih maupun taekwondoin memanggilnya.
”Saya sebenarnya tak terlalu suka publikasi, tapi bila ada yang memublikasi tak apa-apa. Saat saya jadi pelatih pelatnas di Jakarta, semua wartawan olahraga di Jakarta mengenal baik saya. Bahkan, buku ini sumbangan tulisan teman-teman wartawan di Jakarta, berikut mencetaknya semua oleh teman-teman wartawan di Jakarta,” ujar Alex kepada Radar Semarang.
Cukup lama buku tersebut disusun, karena memang kesibukan para wartawan penyusunnya. Setelah lima tahun sejak kali pertama buku ditulis, baru awal Mei lalu buku itu selesai dan siap cetak. Bahkan salah satu penulisnya, telah berpulang sebelum buku itu dicetak. ”Buku ini terlaksana atas desakan rekan-rekan wartawan, ada lima orang. Sebetulnya ide buku ini muncul sejak 15 tahun lalu,” ungkap Alex.
Menurut Alex, melahirkan atlet berprestasi tidak cukup hanya memberikan latihan fisik dan teknik. Faktor non-teknis jadi hal yang menentukan keberhasilan atlet, misalnya motivasi, semangat juang, tidak bermanja-manja dengan fasilitas, dan yang terpenting adalah tanamkan Merah Putih di dada. ”Melalui buku ini, saya ingin taekwondoin termotivasi. Saya berharap taekwondo Indonesia terus maju di berbagai event internasional,” tandasnya.
Cukilan buku setebal 204 halaman itu berisi sepak terjang Alex di matras taekwondo Indonesia. Salah satunya dipaparkan soal perjuangan taekwondoin Indonesia di Olimpiade Barcelona 1992 dengan 3 medali perak dan 1 perunggu. Pun kejuaraan Eropa Open di Belgia 1992 yang menyambar 3 medali emas, 2 perak dan 1 perunggu. Saat itu, Alex adalah pelatih.
Alex memang jadi teladan bagi para master taekwondoin nasional. Sentuhannya banyak melahirkan atlet-atlet potensial berprestasi internasional seperti Rahmi Kurnia, Abdul Rojak, Anis Dewi, Jefri Triaji, Lamting, Yoseph Hungan, Susilowati dan masih banyak lainnya.
Alex sangat berharap  buku ini bisa memotivasi atlet, terutama pelatih untuk lebih meningkatkan bukan saja skill dan teknik, tapi juga penerapan psikologi kepada anak asuhnya. ”Para pelatih di Indonesia pada dasarnya sudah cukup bagus, jadi tinggal mencari pelatih yang mau on fire. Tidak hanya berpikir materi,” ujarnya.

Alex mengatakan, potensi olahraga taekwondo ini sangat luar biasa. Dojang atau tempat latihan taekwondo bertebaran di mana-mana. Anak-anak begitu bangga menjadi seorang taekwondoin. Karena itulah, dia punya keyakinan ke depan, prestasi taekwondo Indonesia akan mendunia.

”Dengan jumlah penduduk Indonesia keempat terbesar di dunia, serta melihat  banyaknya anak-anak dan remaja yang menyenangi taekwondo, saya yakin taekwondo Indonesia akan hebat. Hanya tinggal bagaimana pelatih yang memoles untuk menjadikannya seorang atlet yang potensial,” paparnya.
Master Alex memang legenda hidup dalam pertumbuhan olahraga beladiri asal Korsel itu di Indonesia. Hari-harinya hingga saat ini dihabiskan demi masa depan taekwondo Indonesia. ”Saya titipkan nasionalisme dan mental psikologi atlet harus kuat. Pembinaan tak hanya sekadar mengasah teknik dan fisik tapi juga mental dan semangat. Tanpa keduanya tak akan maksimal,” imbuhnya.
Sumber: http://radarsemarang.com/2014/05/26/libatkan-wartawan-ditulis-lima-tahun/

Kamis, 05 Juni 2014

Peta ke Dojang Nurul Fikri

Dojang Nurul Fikri (Tempat Kejuaraan KICK IV)

SDIT Nurul Fikri
Jl. H. Jampang (Kp. Jati), Desa Jatimulya, Kec. Tambun Selatan, Kab. Bekasi.
(Keluar dari Tol Timur)

Silakan klik gambar untuk memperbesar dan menyimpan.


Sabtu, 17 Mei 2014

Peta ke GOR Pengairan (Tempat Ujian & TC Pengcab)


 Keluar dari tol Bekasi Timur.

Kamis, 08 Mei 2014

Kata Mutiara

"Apakah mendapatkannya (sabuk hitam) itu mudah? TIDAK!
Layakkah? TENTU"

Indonesia Berhasil Sabet Emas dan Menjadi Juara Umum di Kejuaraan Dunia Taekwondo



Jam di sudut ruangan GOR POPKI Cibubur masih menunjukkan pukul 4 sore. Andi masih tergeletak lemas. Ia diberikan kesempatan beristirahat 15 menit oleh pelatihnya. Nafasnya masih tersengal-sengal. Peluh disekujur tubuhnya belum hengkang membasahi dobok kesayangnya.

Hari ini dan hari-hari kemarin, semenjak Andi ada dipelatnas taekwondo, adalah hari-hari yang paling melelahkan buatnya. Ia baru merasakan beratnya latihan di pelatnas. Apalagi ketika ia melihat sosok pelatihnya yang asal Korea. Ekspresinya sama sekali dingin dan tak bersahabat. Dari mulutnya hanya keluar kata-kata instruksi dan kemarahan karena Ia dan beberapa teman Andi penghuni pelatnas lainnya berlatih, tak mencapai target program yang dibebankan kepada dirinya. Namun Andi tetap semangat berlatih. Ia yakin dengan latihan keras dan serius sesuai dengan instruksi pelatih, prestasinya akan makin moncer. “Latihan..latihan dan latihan. Tiada hari tanpa latihan.” Gumamnya.

Andi memanfaatkan betul sesie istrahat pada hari itu. Ia bersandar sejenak di dinding GOR POPKI yang hari itu, tak disangkanyasangat berudara sejuk. Ya tak disangka oleh pengelola gedung, seluruh AC-nya pada hari itu dinyalakan. Padahal tidak ada event di GOT tersebut. Hanya ada atlet-atlet taekwondo yang berlatih. “ Nah gini dong.. tau aja kita lagi butuh udara segar”, canda Andi.

Udara dingin sepoi-sepoi menjadikan sesie istirahat Andi dan teman-teman pelatnas hari itu menjadi waktu yang paling membahagiakan. Apalagi saat itu sang pelatih sedang tidak mengawasinya. Pelatih “killer” itu sedang asik mengutak-atik video rekaman latihan tim pelatnas. Ia serius memperhatikan dan mengevaluasi kinerja anak-anak asuhnya. Sambil sesekali geleng-geleng kepala, tak tau apa maksudnya. Sebab yang tau maksudnya cuma si pelatih.

Udara dingin AC yang menampar wajah Andi membuat matanya semakin tak berdaya. Sambil bersandar, dengan sebotol air mineral masih digenggamnya, Andipun tertidur tak kuasa menahan kantuk.

Sekejap Andi tengah berada dalam suatu tempat. Saat itu Andi dan teman-teman satu tim tengah melakukan evaluasi atas perkembangan latihannya selama ini. Andi juga bersiap-siap mengikuti sesie materi motivasi oleh motivator terkenal yang rutin dilakukan seminggu sekali untuk memaintenance mental dan perilaku atlet. Andi sungguh senang berada di pelatnas saat ini. Ia tidak merasakan apa yang di dengarnya selama ini tentang suasana pelatnas yang tidak menyenangkan, diskriminatif, pilih kasih dan sebagainya.

Pelatnas yang dihuni Andi sungguh baik kondisinya. Dari penginapan atlet, makanan, sikap pelatih, guru-guru berkualitas yang didatangkan ke pelatnas untuk mengajar menggantikan sekolah para atlet, dan apalagi uang sakunya, hmmm.. sungguh sangat menyenangkan.

Dan yang paling membahagiakan Andi adalah perangkat latihan pelatnas taekwondo saat ini menggunakan teknologi yang amat canggih. Semua serba terukur dan bernuansa digital. Dari kesemuanya itu, yang paling membahagiakan Andi adalah kompaknya para pengurus taekwondo. Hampir seluruh Pengurus setiap harinya kompak selalu hadir memonitor dan memberikan semangat kepada para atlet.

Andi amatterharu, karena organisasi taekwondo sekarang ini lagi kompak-kompaknya. Tak ada lagi ada dualisme organisasi. Semua dari pengurus, pelatih dan para atlet, bersama-sama bahu-membahu bergabung untuk memajukan taekwondo Indonesia. Andi sendiri baru saja mendapatkan DAN III, yang ia peroleh pada saat UKT DAN di daerahnya. Sekarang ini ujian UKT DAN, sertifikatnya sangat cepat. Dalam hitungan minggu sudah keluar sertifikat DAN. Irfan bangga, bahwa pengurus taekwondo sekarang ini benar-benar serius berkonsentrasi mengembangkan dan memperbaiki kinerja demi pelayanan yang maksimal kepada seluruh praktisi taekwondo.

Tak terasa, akhirnya Andi tiba-tiba tengah berada dalam suatu kejuaraan dunia Taekwondo di Korea. Kejuaraan yang diikuti oleh lebih dari 100 negara itu, disesaki oleh taekwondoin-taekwondoin handal kelas dunia. Kebetulan Andi adalah bagian dari tim nasional Indonesia yang saat itu mengikutkan 20 atletnya untuk mengikuti ajang bergensi tersebut.

Tak disangka, Andi berhasil lolos dari babak penyisihan dengan mengalahkan para taekwondoin kelas dunia asal Iran, Korea, dan Meksiko dengan cukup telak. Rata-rata angka kemenangan yang diraihnya lebih dari 20 point nilai, sementara lawan-lawan Andi hanya memperoleh rata-rata paling sebanyak 5 point. Bahkan diantara mereka ada yang KO di tangan Andi.

Singkat kata Andi berada di final. Di partai puncak itu, sudah menunggu atlet asal Korea penyandang gelar juara dunia tahun lalu, dan peraih medali emas olimpiade. Andi tak gentar, terbukti, dipartai final itu, Andi mengalahkan taekwondoin tuan rumah dengan KO di ronde pertama.

Tendangan Dwi Hurigi-nya telak menghantam rahang lawannya, hingga tak sadarkan diri. Andi meraih emas.Bendera dan lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang membahana. Sebelumnya lagu kebangsaan Inbdonesia Raya juga berkumandang di kategori dan kelas lain yang diikuti atlet-atlet Indonesia.

Andi dan tim nasional taekwondo Indonesia, pulang membawa 8 medali emas di kejuaraan dunia tersebut. Prestasi tim nasional ini adalah prestasi terbaik yang dimiliki taekwondo Indonesia.

Ditanah air, Andi dan seluruh tim nasional disambut suka cita. Ketua Umum PBTI dan Menpora memeluk erat seluruh atlet. Petinggi-petinggi BUMN terkemuka juga hadir menyambut tim nas Indonesia. Sudah bisa dibayangkan oleh Andi bahwa bonus akan mengalir deras ke saku celananya setelah ia berhasil membawa pulang nama baik Indonesia di kancah Internasional.

Kesuksesan Andi tak berhenti disitu, sekembalinya ia ke tanah air, tawaran menjadi bintang tamu untuk acara talk show mengalir tiada henti dari satu stasiun televisi ke stasium televisi lain. Andi menjadi amat terkenal. Ia tersenyum bangga.

Ia bangga karena latihan kerasnya selama ini berbuah manis. Ia berjanji akan terus berlatih dan tidak akan terlena dengan semua penghargaan ini. Ketika ia diwawancara oleh salah satu stasiun televisi swasta, ia berujar sambil menitikkan air mata.

“keberhasilan tim nasional taekwondo Indonesia adalah karena seluruh pihak bersatu padu berbuat untuk kemajuan prestasi taekwondo Indonesia. Mereka semua bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan fikiran untuk taekwondo Indonesia. Tidak ada perpecahan, semua kompak memikirkan pembinaan dan prestasi para taekwondoin. Dari pengurus, pelatih, dan seluruh masyarakat taekwondo memiliki semangat yang sama memajukan taekwondo Indonesia”.

Andi menangis sambil tersedu-sedu. Ia sangat terharu, tak terasa pelukan hangat dari host acara, yaitu Luna Maya membantu Andi kembali berkata-kata. Pelukan hangat Luna Maya itu sungguh membuat Andi makin tambah semangat bercerita.Hingga suara keras tiba-tiba terdengar…ANDIIIIIIII…. BANGUN !!!I.. “Waktunya kembali latihan !!”. Enak-enakan kamu tidur ya..!!. Lihat yang lainnya, sudah lari keliling GOR 10 putaran.Kamu masih enak-enakan tidur !!.

Andi kaget setengah mati, suara keras itu ternyata pelatih “killer” si orang Korea membangunkannya sambil menendang bokongnya dengan keras. Sambil berlari mengikuti rekan-rekannya yang lain, ia sempat tersenyum senang, mimpinya sekejab membuatnya tambah semangat untuk terus berlatih.

Sumber: http://taekwondoindonesianews.wordpress.com/2014/04/24/indonesia-berhasil-sabet-emas-dan-menjadi-juara-umum-di-kejuaraan-dunia-taekwondo/

Sabtu, 19 April 2014

Kata Mutiara

"Juara tidak menjadi juara di dalam arena di mana dia dikenal. Sungguh. Jika kau ingin melihat di mana seseorang dibangun menjadi juara, lihatlah kesehariannya."

152 Atlet Lolos Seleksi Tahap Dua Pelatnas Asian Games



Jakarta - Sebanyak 152 atlet pelatnas Asian Games 2014 dinyatakan lolos seleksi tahap kedua dari tim seleksi Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima). Sementara dua atlet statusnya diturunkan dari atlet utama menjadi atlet pelatnas muda SEA Games 2015.

Hal itu disampaikan Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Djoko Pekik Irianto usai melakoni rapat pleno antara tim seleksi Satlak prima, Dewan Satlak Prima, dan Satlak Prima, di Kantor PP ITKON, Senayan, Kamis (27/3/2014). Sebanyak 152 atlet tersebut dipastikan akan masuk dalam SK Pelatnas per 1 April 2014.

Awalnya, berdasarkan seleksi portofolio (prestasi beberapa multievent internasional seperti Asian Games 2010, SEA Games 2013, Kejuaraan level Asia 2013), ada 154 atlet yang dianggap memenuhi kriteria untuk bisa masuk tim inti pelatnas Asian Games. Namun dua atlet dinyatakan tidak lolos dari seleksi tahap kedua ini, yang meliputi tes kesehatan, tes psikologi, dan tes fisik.

"Mereka tidak lolos karena tidak memenuhi kriteria Asian Games dari tim Satlak. Sehingga statusnya kita turunkan jadi atlet SEA Games 2015," kata Djoko.

Dua yang statusnya dinyatakan tidak lolos adalah atlet dari cabang atletik (Hendro nomor jalan cepat 20 km putra) dan bowling (Ivana Hie).

Sebenarnya dari 154 atlet yang lolos seleksi awal, hanya 84 yang menjalani tes pada 12-20 Maret lalu. Sementara 70 atlet sisanya yang tidak bisa melakukan tes tetap dinyatakan lolos SK per 1 April.

"Dengan catatan ada beberapa cabang dan atlet yang belum sempat mengikuti seleksi dengan berbagai alasan. Salah satunya try out, nah, atlet dari cabang yang belum mengikuti tes ini kita beri kesempatan untuk mengikuti tes sampai 15 April nanti. Jika tidak datang tes, kita coret," terang Djoko.

Setelah itu, baru dibuatlah SK baru per 1 Mei, atau yang ia sebut SK definitif, untuk Asian Games.

Cabang-cabang yang atletnya belum mengikuti tes tahap kedua ada lima yakni dayung (rowing dan kano), voli pantai, taekwondo, gulat, dan balap sepeda.

"Itu lima cabang yang memang sama sekali atletnya belum mengikuti tes. Tapi ada juga cabang yang beberapa di antara atletnya belum mengikuti tes. Itu termasuk yang 70 atlet tersebut," katanya.

Sumber: http://sport.detik.com/read/2014/03/27/194656/2539113/82/152-atlet-lolos-seleksi-tahap-dua-pelatnas-asian-games

Kamis, 06 Februari 2014

Tingkatan Sabuk

Filosofi dan Tanggung Jawab
Setiap Tingkatan Sabuk



Tahapan Sabuk:
1. Keup X, Sabuk Putih


Usia Minimal: -
Sekolah Minimal: -
Tahap Perkembangan Taekwondo:
Lambang: Polos, kosong
Makna: Taekwondoin seperti bayi baru lahir yang tidak mengerti apa-apa. Seperti kertas kosong, kata-kata apa yang akan termuat di dalamya, tergantung pada para penulisnya.
Jabatan: Murid, anak, adik yang baru lahir. Belum memiliki tanggung jawab apa pun
Sarat Ujian: -
Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan:
Tingkat Usia: Bayi dan anak-anak
Tuntutan Sosial:
- Belajar berjalan
- Belajar berbicara
- Mencapai stabilitas fisiologi
- Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
- Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
- Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta mengembangkan kata hati

2. Keup IX, Sabuk Kuning Polos

Usia Minimal: 6 tahun
Sekolah Minimal: Kelas I SD
Tahap Perkembangan Taekwondo:
Lambang: Tanah
Makna: Sebagai tempat menanam benih-benih. Tempat tanaman memasukkan akarnya, pada tingkat ini dasar-dasar teknik dan filosofi Taekwondo mulai ditanamkan.
Jabatan: Murid, anak, adik yang lebih besar. Mulai belajar bertanggung jawab.
Sarat Ujian: Penguasaan teknik Taekwondo
Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan:
Tingkat Usia: Anak sekolah
Tuntutan Sosial:
- Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
- Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai pribadi yang sedang tumbuh
- Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
- Belajar peranan gender
- Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
- Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari
- Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
- Belajar membebaskan ketergantungan diri
- Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga

3. Keup VIII, Sabuk Kuning StripUsia Minimal: 7 tahun 6 bulan
Sekolah Minimal: Kelas II SD Semester 2
Tahap Perkembangan Taekwondo: Sama dengan kuning polos
Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan: Sama dengan kuning polos

4. Keup VII, Sabuk Hijau Polos

Usia Minimal: 9 tahun
Sekolah Minimal: Kelas IV SD
Tahap Perkembangan Taekwondo:
Lambang: Daun, pohon
Makna: Benih yang ditanam, kini mulai tumbuh menjadi pohon yang kuat. Rindang dan berbuah. Mulai dapat memberikan manfaat pada orang-orang di sekitarnya. Mulai dapat memberikan pengayoman pada orang-orang yang bernaung di bawahnya. Pada tahap ini diharapkan kemampuan para Taekwondo-in mulai berkembang.
Jabatan, Sarat Ujian: Sama dengan Kuning Polos
Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan: Sama dengan Kuning Polos

5. Keup VI, Sabuk Hijau StripUsia Minimal: 10 tahun 6 bulan
Sekolah Minimal: Kelas V SD, Semester 2
Tahap Perkembangan Taekwondo: Sama dengan hijau polos
Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan: Sama dengan hijau polos

6. Keup V, Sabuk Biru Polos
Usia Minimal: 12 tahun
Sekolah Minimal: VII SMP
Tahap Perkembangan Taekwondo:
Lambang: Langit
Makna: Naungan langit jauh lebih luas daripada naungan pohon. Naungan langit tidak hanya untuk lingkungan sendiri, namun meliputi seluruh ufuk barat-timur, utara-selatan, dari cakrawala ke cakrawala. Setiap orang yang menghadap ke atas akan melihat langit. Langit yang ada di atas merupakan arah tumbuh tanaman, pada tahap ini Taekwondo-in mulai dibentuk untuk lebih mapan dan tangguh.
Jabatan: Sonbae, kakak. Memiliki tanggung jawab sebagai asisten pelatih. Wakil dari sosok Ayah.
Sarat Ujian:
- Penguasaan teknik, sikap, tanggung jawab, kedewasaan.
- Mampu menjalankan peran sebagai Sonbae.
- Mampu bersumpah dan mendapat rekomendasi.
Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan:
Tingkat Usia: Remaja
Tuntutan Sosial:
- Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
- Menerima peranan sosial gender sebagai pria/wanita
- Menginginkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab sosial
- Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
- Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki
- Perkembangan skala nilai
- Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih hakiki
- Persiapan mandiri secara ekonomi
- Pemilihan dan latihan jabatan
- Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

7. Keup IV, Sabuk Biru StripUsia Minimal: 13 tahun
Sekolah Minimal: Kelas VIII SMP, Semester 2
Tahap Perkembangan Taekwondo: Sama dengan biru polos
Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan: Sama dengan biru polos

8. Keup III, Sabuk Merah Polos
Usia Minimal: 14 tahun
Sekolah Minimal: Kelas X SMA
Tahap Perkembangan Taekwondo:
Lambang: Matahari
Makna: Lambang BAHAYA! Matahari dengan tenaganya yang maha dahsyat dapat berarti bahaya, namun jika berfungsi sebagaimana mestinya juga dapat memberikan manfaat yang juga luar biasa. Merah juga berarti api, dapat mendatangkan bahaya maupun manfaat. Matahari maupun api seharusnya dapat menjadi sumber energi dan cahaya. Namun jika tidak dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan kerusakan.
Sabuk merah merupakan tahap untuk meningkatkan kontrol diri para Taekwondo-in, diharapkan Taekwondo-in sudah menguasai ilmunya dengan baik agar mampu menghadapi lawan.
Jabatan, Sarat Ujian: Sama dengan biru
Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan:
Tingkat Usia: Dewasa awal
Tuntutan Sosial:
- Mulai bekerja
- Memilih pasangan hidup
- Belajar hidup dengan pasangan/ suami/istri
- Mulai membentuk keluarga/ belajar untuk membentuk keluarga/ dojang
- Mengasuh anak/ murid/ adik
- Mengelola/ mengemudikan rumah tangga/ dojang
- Menerima/ mengambil tanggung jawab warga Negara
- Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan

9. Keup II, Sabuk Merah Strip IUsia Minimal: 15 tahun
Sekolah Minimal: Kelas XI SMA
Tahap Perkembangan Taekwondo: Sama dengan merah polos
Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan: Sama dengan merah polos

10. Keup I, Sabuk Merah Strip IIUsia Minimal: 16 tahun
Sekolah Minimal: Kelas XII

Tahap Perkembangan Taekwondo: Sama dengan merah polos

Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan: Sama dengan merah polos

11. DAN, Sabuk Hitam


Usia Minimal: 17 tahun

Sekolah Minimal: Lulus SMA/ sederajat

Tahap Perkembangan Taekwondo:

Lambang: Kebalikan putih

Makna: Lambang kedewasaan dan keahlian dari seorang Taekwondo-in, dapat juga berarti keberanian yangmatang. Taekwondo-in yang sudah mencapai tahap ini bisa dianggap sebagai ahli Taekwondo.

Jabatan: Sabam. Memiliki tanggung jawab sebagai seorang pelatih, seorang Ayah.

Sarat Ujian:
- Penguasaan teknik, sikap, tanggung jawab, kedewasaan.
- Mampu menjalankan peran seorang Sabam.
- Mampu bersumpah dan mendapat rekomendasi.

Diharapkan Memiliki Kecakapan Sosial Setara dengan:
Tingkat Usia: Dewasa

Tuntutan Sosial:
- Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis (semakin uzur)
- Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
- Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
- Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
- Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
- Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.