Selasa, 18 November 2014

Foto Bulan Ini





Kamis, 13 November 2014

Mutiara Habiba, Mutiara Itu Terpoles dengan Baik di Pelatnas

Sumber: http://taekwondoindonesianews.wordpress.com


Ibarat Mutiara yang terpendam, siapa nyana, bocah kecil yang dulu cengeng sekarang telah menjelma menjadi taekwondoin nasional yang berprestasi. Prestasinya mulai melejit di arena 2nd Asian Junior Taekwondo Poomsae Championship, Jakarta 2013. Di kejuaraan bergengsi ini ia meraih perunggu di kelas berpasangan.

Setelah kejuaraan itu, prestasinya terus melaju mewarnai beberapa kejuaraan poomsae bergengsi. Pada Islamic Solidarity Games, Palembang 2013, ia menyabet posisi ke tiga untuk kelas beregu putri. Di 8th World Taekwondo Poomsae Championship, Bali 2013 – ia menyodok posisi kedua di podium untuk kelas beregu putri.

Habiba, demikian panggilan akrabnya, pun tak menyangka dirinya akan moncer berprestasi di laga poomsae taekwondo. “Awalnya dulu ikut les gambar. Tapi karena aku cengeng, aku disuruh buat ikut latihan bela diri saja. Kebetulan di dekat rumah ada club taekwondo dan langsung didaftarkan oleh orangtuaku,” katanya.

Awalnya, oleh pelatihnya ia dipilih untuk mendalami cabang kyorugi, mengingat postur tubuhnya yang tinggi. Namun, sesudah beberapa kali turun berlaga di beragam kejuaraan, bintangnya belum bersinar. Sampai-sampai Habiba agak kehilangan semangat dan enggan untuk bertanding.

“Karena aku orangnya tinggi dan kurus, kata pelatih aku itu cocok jadi atlet. Lalu aku disuruh ikut pemusatan atlet untuk kyourugi. Tapi setelah ikut beberapa pertandingan kyourugi, aku gak pernah menang. Sejak itu aku males ikut pertandingan lagi. Lagipula saat itu aku sudah kelas 6, Sekolah Dasar (SD) , mulai fokus ujian,” ujar penyuka ikan ini.

Usai lulus SD, pelatihnya menawarinya untuk mendalami poomsae dan menerjunkannya di sebuah kejuaraan poomsae di Semarang, sang mutiara mulai terasah dan bersinar terang. Pada debutnya ini ia menyabet juara tiga.

“Setelah lulus SD, pelatih nawarin aku buat ikut kejuaraan poomsae. Dulu tuh poomsae peminatnya masih sedikit banget. Makanya aku bisa langsung dapat perunggu di tingkat kota Semarang. Semenjak itu, aku mulai fokus buat jadi atlet poomsae. Banyak pengalaman yang gak bisa didapetkan anak anak yang cuma asal ikutan aja. Bisa maju di podium tuh rasanya seneng banget. Apalagi karena piagam yang aku dapat, aku bisa masuk ke salah satu SMA favorit di Semarang. Di kejuaraan POPDA Jawa Tengah tahun 2011, aku main beregu putri dan bisa dapat emas,” ujar Habiba dengan semangat.

Kiprah mahasiswi Universitas Semarang di dunia taekwondo pun semakin menggeliat. Setelah sempat tidak lolos pada seleksi tim inti PORPROV Semarang 2013, Habiba malah lolos dalam seleksi bergabung di Pelatnas 2013. Meskipun demikian ia tetap rendah hati menyikapi prestasinya tersebut.

“Alhamdulillah, aku bersyukur banget bisa terpilih di seleksi Pelatnas yang kedua itu. Menurutku itu karena faktor keberuntungan saja. Aku kan tidak lebih bagus dari yang lain. Tapi mungkin aku terpilih karena postur tubuhku yang tinggi,” tukas gadis yang mengidolakan taekwodoin asal Filipina Mikaela Calamba ini.

Di kawah Chandradimuka PBTI inilah mutiara terpendam ini dipoles sehingga mulai berkilau. Habiba bertekad untuk berlatih secara maksimal. Amanah yang diembannya itu tidak ingin ia sia-siakan.

Nuansa persaingan yang ketat dan pola latihan yang terstruktur dengan baik sangat mendorong perubahan dirinya. Habiba mengakui awalnya cukup nervous menghadapi perubahan drastis ketika masuk pelatnas. Apalagi ia digadang-gadang untuk maju ke kejuaraan Asia Junior.

“Tahun 2013, kita atlet pelatnas sudah mulai padat schedule kejuaraan. Pertama, kejuaraan Asia Junior di Jakarta. Itu adalah kejuaraan internasionalku yang pertama kali. Aku main di kelas beregu putri dan beregu freestyle. Di situ aku bener-bener ngerasain banget nervous yang luar biasa, karna aku tuh tipe orang yang demam panggung,” ungkapnya.

Ia mengakui dukungan rekan dan kebersamaan sesama atlet Pelatnas sangat membantunya untuk bisa segera beradaptasi dan mempunyai motivasi tinggi. Habiba tak menyangka akan bisa bertahan lama di pelatnas. Karena persaingan dan seleksinya sangat ketat.

“Selama di Pelatnas, aku termotivasi banget sama teman aku yang namanya Defia asal Bogor. Dia lebih senior, tapi umur kita tidak jauh beda. Menurutku dia itu atlet poomsae berbakat, tendangannya juga tinggi sekali. Apalagi ia tergolong pekerja keras. Jadi aku gak mau kalah sama dia. Walaupun kita teman dekat. Kita tetap bersaing, tetapi bersaing secara sehat. Dengan saling mendukung satu sama lain,” terang putri dari Supangkat Sudiasmara ini

Ingin memberikan prestasi terbaik bagi bangsa dan jadi kebanggaan orangtua adalah motivasi yang selalu mendorongnya untuk berlatih dan bertanding secara maksimal.

“Aku gak ingin menyia-nyiakan waktu selama di Pelatnas dan selalu ingin bisa lebih bagus dari yang lain. Lagipula kesempatan buat jadi atlet Pelatnas itu tidak semua orang bisa. Banyak banget yang masuk ke situ. Jadi aku selalu bertekad untuk jadi yang terbaik ketika di atas matras saat berlatih maupun bertanding. Dulu cuma bisa jadi penonton SEA GAMES ke 26 lalu di Jakarta dan terkagum-kagum dengan mbak Lessitra Draningrati, atlet poomsae putri terbaik Indonesia saat itu. Sekarang, aku sudah bisa merasakan menjadi atlet kebanggaan Indonesia, dan mengikuti ajang bergengsi SEA GAMES 2013 di Myanmar,” pungkasnya sambil menerawang.