Minggu, 04 April 2010

SAMURAI SPIRIT

SEMANGAT DALAM BEKASI OPEN 2010

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.”
(Bung Karno)


Itu berlaku juga dalam kehidupan berorganisasi/ klub dan kehidupan pribadi kita, baik sebagai manusia maupun sebagai atlet. Yang disebut dengan menghargai jasa para pahlawan di antaranya adalah mengambil hikmah dari nilai perjuangan mereka dan menerapkannya dalam kehidupan.

Di antara para pahlawan itu adalah Bung Karno dan Pangeran Diponegoro. Kita mengenal kedua sosok itu dari sejarah.

Lihatlah perjuangan mereka. Kita tahu Bung Karno adalah Bapak Proklamator sekaligus Presiden I RI. Bung Karno memulai perjuangannya semasa NKRI berada di bawah penjajahan Belanda (VOC), dan terus/ tetap berjuang semasa pendudukan Jepang, hingga kemerdekaan.

Sebagai pahlawan, pejuang, kemerdekaan adalah tujuan akhir dari perjuangannya. Kemerdekaan adalah kemenangan yang diimpikan. Bung Karno, sempat merasakan nikmatnya hidup dalam suasana kemerdekaan. Bung Karno merasakan KEMENANGAN.

Kita sebagai atlet, even kejuaraan adalah bagian kecil dari perjuangan kita. Kita juga menginpikan kemenangan. Itu adalah tujuan. Seperti Bung Karno, merasakan indahnya kemenangan.

Namun, menikmati kemenangan bukanlah hal yang sulit, meskipun perjuangan untuk meraihnya bukan hal yang mudah. Yang sulit adalah, bagaimana kita menghadapi kekalahan. Kemenangan adalah tujuan kita, tetapi bukan hal yang tak mungkin kita tak dapat merasakan kemenangan itu.

Bagaimana sikap kita seandainya kita kalah?

Bersyukur, sejarah bangsa kita telah memberi banyak pelajaran dan hikmah. Kisah epik perjuangan para pahlawan kita menyajikan sebuah nilai berharga tentang PERJUANGAN.

Tak semua pahlawan kita sempat merasakan kemerdekaan seperti Bung Karno. Kisah perjuangan sejak negri ini dijajah Portugis, hingga Jepang, lebih dari 3,5 abad! Tak semua pahlawan sempat merasakan merdeka! Sebagian besar dari mereka gugur sebelum bangsa ini merdeka, jauh sebelum merdeka. Salah satunya, kita mengenal sosok Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Sultan Hasanuddin, dsb.

Jika kita kalah dalam sebuah even kejuaraan, kalahlah secara terhormat seperti cara mereka gugur. Seorang pahlawan sejati, pada hakikatnya ta pernah kalah. Hanya ada dua kemungkinan dalam setiap perjuangannya: Hidup mulia, atau gugur sebagai martir. Kegugurannya adalah sumbangsih bagi perjuangan pahlawan yang meneruskan perjuangannya. Kekalahan kita dalam sebuah kejuaraan adalah sumbangsih bagi perjuangan kita di kejuaraan berikutnya.

Keguguran pahlawan terdahulu memberikan hikmah dan pelajaran bagi pahlawan berikutnya, sehingga dapat berjuang lebih baik, hingga kemerdekaan. Kekalahan kita di suatu kejuaraan pun harus dapat memberikan hikmah dan pelajaran bagi perjuangan kita di kejuaraan berikutnya.

Tak perlu terlalu larut dalam kesedihan karena kekalahan. Pandang masa depan lebih baik. Jadikan sejarah perjuangan kita sebagai pelajaran.

Perjuangan Bung karno yang sempat merasakan kemenangan, maupun perjuangan Pangeran Diponegoro yang gugur jauh sebelum kemerdekaan memberi pelajaran berharga. Bahwa meskipun kemerdekaan adalah tujuan, namun nilai perjuangan itulah yang menjadi hakikat nilainya. Sehingga tiada sesal maupun iri sedikitpun di dalam benak P. Diponegoro meski ia tak merasakan kemerdekaan.

Semangat perjuangan itu harus kita tanamkan dalam jiwa kita, para atlet umunya; dan secara khusus, atlet KHASOES yang akan berjuang di kejuaraan Bekasi Open 2010.

Bekasi Open 2010 adalah kejuaraan bergengsi, berkelas, tingkat se-Jawa Barat dan undangan. Bekasi Open bukanlah kejuaraan sembarangan, kejuaraan yang menjadi salah satu tolak ukur pembinaan Taekwondo di Jawa Barat pada umumnya dan Bekasi pada khususnya. Kejuaraan ini tidak hanya diikuti oleh klub-klub se-Bekasi, tapi juga oleh atlet-atlet tingkat Pengcab2 se Jawa Barat dan ada undangan dari club andalan dari Jawa Tengah. Atlet Pengcab kota Bogor, misalnya, isinya adalah atlet terbaik dari kumpulan klub-klub yang ada di kota Bogor. Klub kita, Khasoes, sebuah klub yang terdaftar di Pengcab Bekasi, juga akan melawan sebuah Pengcab dari kota lain. KLUB VS PENGCAB! Artinya, Pertarungan klub Khasoes melawan Pengcab kota lain hampir mirip dengan Klub Bola MU melawan Atlet Timnas Indonesia!

Beratnya perjuangan kita kali ini bukan untuk menyurutkan semangat juang atlet Khasoes, justru sebaliknya, mengobarkan semangat kalian! Bangkitlah! Perjuangan kalian mungkin takkan seperti perjuangan Bung Karno atau A. Yani, melainkan akan seperti perjuangan Diponegoro, Hasanuddin, Nyak Dien, Umar, Bonol, Pattimura, Antasari. Perjuangan yang hingga titik darah penghabisannya adalah perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan. Namun meskipun sampai gugur, tak kunjung merasakan kemerdekaan, semangat juangnya tak pernah padam. TERUS BERJUANG SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN. HINGGA MENANG DALAM KEMULIAAN ATAU GUGUR SEBAGAI MARTIR!

Para pelatih tak menuntut kemenangan atas kalian. Tapi menuntut permainan yang indah dari kalian. Tunjukkan pada semua: semangat tempur kalian yang totalitas, membara. Tak ada rasa takut. Ingat, sekuat apapun lawan kalian, dari Pengcab/ klub manapun, hanya Tuhan yang layak kalian takuti. Tiada yang dapat menghentikan langkahmu kecuali habisnya waktu atau KO! Pantang menyerah!

Tanamkan dalam diri kalian, bahwa dengan niat yang lurus, kalian takkan terkalahkan. Hanya ada dua kemungkinan, menang dalam kemuliaan atau gugur sebagai martir, tiada kata kalah dalam pilihan. Jadilah seperti Diponegoro. Kalian bisa!

SELAMAT BERJUANG di Kejuaraan Bekasi Open 2010!